Thursday, August 12, 2004

PENCARI SUAKA

London, Sabtu, 31 Jan 04

Sekolah di luar negeri ternyata tidak seenak yang dibayangkan orang. Selain uang beasiswa yang terbatas, ditambah cuaca dan terlebih lagi untuk mencari networking yang sesuai dengan mata kuliah wajib.

Bak orang asing yang “dibuang” di tengah hutan belantara London, susah sekali rasanya mencari orang yang sesuai untuk dapat membantu proyek feature sekolah. Masalah bahasa, ketidaktahuan akan struktur agak sulit dihadapi bagi mahasiswa asing di Inggris, terutama dari negeri yang jauhnya sekitar 16 jam perjalanan dengan pesawat terbang. Alamak, sementara renggat waktu sepertinya tidak dapat berkompromi dengan kita, hasilnya stress, berargumentasi dengan dosen, dan sibuk mencari sumber di internet. Masalah yang paling hebat adalah bagaimana berkompromi dengan udara yang temperaturenya rendah sambil membawa-bawa kamera, microphone, berlari dengan hati-hati karena takut terpeleset akibat jalan yang licin.

Hari ini meliput para pencari suaka yang berdemonstrasi di dekat Kemtish Town Road, dekat tempat belanja kaki lima Camden Town. Sulitnya mengoperasikan kamera akibat tangan yang dingin, sementara kalau memakai sarung tangan, takut kamera itu jatuh terbanting karena bahan wool yang licin kena metal. Belum lagi harus bolak-balik membersihkan lensa kamera yang terkena titik-titik hujan. Duh, repotnya. Sementara di punggung bergelantungan tas kamera, tripod, dan tas isi air minum dan makan siang (mau beli mahal).

Tapi agak bangga juga sih, karena banyak orang yang terheran-heran melihat barang bawaan yang berat, ditambah dengan cuaca dan jalan licin, gerakan kita harus tetap lincah mengikuti para pemrotes. Dari segala sudut harus diambil.

Maka itu, lega rasanya apabila tugas liputan sudah selesai. Yang terbayang adalah pulang ke asrama, bikin kopi dan makan indomie yang dibeli dari toko cina di pusat kota. Tidak ada duanya memang. Biar kemana orang kita pergi, pasti mencari indomie sebagai makanan wajib mahasiswa.