Friday, August 13, 2004

DISERTASI

London, Jumat, 13 Agustus 2004
Masa-masa kuliah memang penuh suka duka, apalagi kalau sudah lama meninggalkan bangku sekolah dan tiba-tiba harus kembali menghadapi dunia akademis. Yang paling menyebalkan adalah menulis tugas akhir sebagai salah satu syarat utama untuk berpisah dengan kampus tercinta di Inggris Raya. Meskipun jadwal kuliah penuh dengan praktek-praktek jurnalistik, pada akhirnya saya kebagian jatah menulis juga. Dan dibanding rekan-rekan satu flat yang mengambil pendalaman teori, sebenarnya disertasi saya tidak terlalu panjang seperti mereka. Para mahasiswa teori diharuskan menulis antara 10,000 sampai 15,000 kata. Oh My God!!!
3000-4000 kata sebenarnya tidak terlalu panjang untuk dijadikan disertasi. Tapi kalau memang departemen menamakannya begitu, ya sudah, itung-itung namanya keren, disertasi. Tapi meski "hanya" 3000 kata, depresi yang dialami cukup mendalam, belum ditambah rasa bosan nongkrong di depan komputer berjam-jam karena sudah terbiasa lari ke sana kemari buat cari sesuap nasi. Demi seonggok gelar Master of Art yang belum tentu juga menjamin diakui sebagai kalangan bourgeois.
Hampir semua rekan menghadapi depresi yang sama kecuali mereka yang sudah terbiasa melakukan riset dan mempunyai rasa lapar yang sangat akan buku-buku ilmiah. Ketakutan akan lewatnya tanggal jatuh tempo dan dosen yang sudah mulai sulit ditemui karena sudah liburan musim panas. Belum lagi kalau lagi seru-serunya menulis, tiba-tiba ada undangan barbekyu yang menggiurkan. Akibatnya menjadi dilema berkepanjangan. Maklum, di mana ada makanan gratis, di situ ada mahasiswa.
Senangnya membuat disertasi adalah banyaknya buku-buku referensi yang tersebar di seluruh perpustakaan di Inggris. Apabila fasilitas in-campus tidak memadai, dengan senang hati perpustakaan akan meminjam ke perpustakaan pusat, tanpa kita harus pontang-panting naik bis atau kereta untuk ke tempat tujuan. Tinggal tulis judul di secarik kertas yang berjudul Inter-Library Loan, tunggu seminggu, cek email, datanglah sudah dengan kompensasi pembayaran antara 1-2 poundsterling per buku. Coba dulu saat membuat skripsi program S1 di Universitas (yang katanya) paling bergengsi, UI, kalau buku tidak tersedia di perpustakaan, jangan harap ada jaringan yang bisa membantu mahasiswa. Kadangkala, mahasiswa harus keluar kocek sendiri demi membeli buku dari luar negeri atau mengunjungi perpustakaan di luar kota.
Hanya saja, dosen tidak pernah mau tahu apa yang kita tulis dan tidak mempengaruhi dengan situasi memaksa agr kita mengikuti kemauannya dalam menulis disertasi. Lah wong itu hasil pikiran kita sendiri kok. Paling-paling juga mereka memberikan referensi dan kadang nomor-nomor orang yang perlu kita hubungi. Jangan harap mereka mau mendikte kita, meski mereka juga kadang susah dihubungi.
Di College saya yang katanya beken karena banyaknya media expert Inggris yang lahir di sana seperti James Currant, Daya Thusu atau Angela McCorby, perpustakaannya lumayan lengkap. Terutama untuk media dan komunikasi. Layanannya pun cukup memuaskan meski kalau dibandingkan dengan kampus-kampus lain, yang saya tidak tau persis yang mana, jam buka perpustakaan College saya termasuk terbatas, cuma sampai jam 9 malam. Sementara ada kampus yang perpustakaannya buka 24 jam. Cuma kadang saya berpikir, apa ada mahasiswa yang memang ngebet belajar sampai 24 jam di perpustakaan.
Walhasil, disertasi tidak akan tersendat karena kurangnya bahan-bahan ilmiah. Seharusnya sih penulisan bisa jadi lebih cepat tapi karena banyaknya dilema tadi, terutama sebagai mahasiswa asing yang masih kepingin menikmati indahnya pemandangan dan hiburan kota London, agaknya dilemanya lebih besar. Apakah konsentrasi menulis atau jalan-jalan ke Soho, Oxford Circus atau melihat konser-konser musik yang banyak sekali diadakan setiap minggunya. Belum lagi film asing yang banyak dipertunjukkan di sini. Belum tentu bisa nonton di Indonesia. Pasti harus menunggu festival internasional.
Yang paling enak, apabila kedua kegiatan tersebut digabungkan. Misalnya bawa laptop (bagi yang memiliki) ke taman kota dan duduk sampai dua jam untuk menulis disertasi. Hasilnya 1000 kata atau bahkan lebih bisa didapat. Atau kalau punya uang lebih, bisa juga bawa buku-buku ilmiah yang setumpuk ke cafe karena suasananya menarik dan tidak terlalu bising. Cuma soal willingness saja sebenarnya. Semoga sukses.