Saturday, December 24, 2005

CHRISTMAS

Banda Aceh, 24 December 05

Ada satu hal yang teringat di benak saya saat melihat misa Natal di salah satu gereja Katolik di Banda Aceh. Saya menyadari bahwa kehidupan beragama di sekitar saya mengalami pergeseran.
Sewaktu saya kecil, Mami dan Bapak rajin mengajak kami, anak-anaknya melihat pohon Natal di rumah Oma Rompas, tetangga belakang rumah yang menganut agama Kristen Protestan. Sebaliknya keluarga Oma juga bertandang ke rumah kami saat kami merayakan Idul Fitri.
Entah kapan tradisi itu berakhir. Entah karena pada akhirnya ada perkumpulan warga setahun sekali demi kepraktisan, atau memang kampung kami di Jakarta sudah semakin individualis. Yang jelas, setelah beberapa tahun, semakin jarang kami bertemu keluarga Rompas. Selain karena semakin besar, kami disibukkan dengan urusan sekolah, kuliah dan kemudian bekerja, sementara anak-anak Oma juga berkeluarga dan meninggalkan rumah. Ada beragam alasan. Hanya saja saya menyadari bahwa semakin kami besar semakin jarang saya melihat pohon Natal di lingkungan rumah Mami dan semakin jarang kami mencicipi kue Oma.
Anehnya, Mami masih rajin membalas kartu Natal dari teman Mami di Derby, Inggris. Setiap tahun sejak saya berusia lima tahun, Mami dan Bapak selalu membalas ucapan Natal keluarga Renschaw. Di tahun Bapak meninggal, untuk pertama kalinya Mami menuliskan sesuatu di atas kertas putih kartu Natal, dibantu saya tentunya, untuk mengabarkan berita dukacita tersebut untuk keluarga Renschaw. Hingga tahun lalu, kartu Natal yang biasanya hanya berisi tanda tangan Mami, kali ini dibubuhi tulisan saya, hasil terjemahan dari ucapan Mami yang ingin berkomunikasi dengan Betty Renschaw. Padahal Betty Renschaw dan suaminya tinggal ribuan mil dari Jakarta. Sementara saya sudah tidak pernah lagi menikmati kue kering Oma Rompas.
Merry Christmas...