Wednesday, July 20, 2005

REFORMASI SAMPAH

20 July 2005

Ini bukan bicara soal politik. Tetapi memang reformasi ada kaitannya dengan sampah, setidaknya itu yang dirasakan Pak Nasir seorang pendayung perahu yang sehari-harinya bergantung pada orang-orang dan turis yang menyeberang di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Kembali ke Pelabuhan Sunda Kelapa mengingatkan saya pada semasa kuliah saat pertama kali saya menyeberangi kanal di Sunda Kelapa tempat perahu-perahu pengangkut kayu berlabuh, untuk mencapai kampung nelayan yang bernama Kampung Luar Batang. Saat itu air kanal memang sudah agak kecoklatan tetapi paling tidak lumayan bersih dan bebas dari sampah. Tetapi kali ini kanal sudah dipenuhi oleh sampah-sampah yang membanjiri air kanal yang warnanya bertambah coklat.

Menurut penuturan Pak Nasir yang berdarah Bugis, dulunya memang kanal tersebut tidak terlalu dipenuhi oleh sampah. Jamannya Pak Harto, kata Pak Nasir, orang-orang kampung semua bergilir mengumpulkan sampah dari kanal, karena adanya himbauan bahwa tempat tersebut sangat penting bagi pariwisata. Tetapi malah setelah reformasi, kanal tersebut malah dipenuhi oleh sampah dan kebiasaan mengumpulkan sampah dengan cara kerja bakti sudah ditinggalkan.

Pak Nasir sendiri menggantungkan nasibnya pada orang-orang kampung yang ingin menyeberang, atau turis mancanegara ataupun dalam negeri yang ingin menyeberangi kanal sampai ke kampung Luar Batang. Dari kampung ini para penyeberang selanjutnya berjalan kaki menyeruak kampung untuk tiba di Musium Bahari yang letaknya persis di belakang kampung. Dengan membayar Rp. 30,000 saja yang tentunya sangat berarti bagi Pak Nasir, kegiatan pelabuhan Sunda Kelapa dapat dinikmati dari atas perahu kayu.

Bayangkan saja apabila memang reformasi berdampak secara tidak langsung pada penumpukan sampah di Pelabuhan Sunda Kelapa, sementara reformasi katanya masih terus berjalan. Mungkin nantinya orang-orang seperti Pak Nasir akan bisa kehilangan pekerjaan karena para pendatang dari dalam maupun luar negeri sudah tidak tertarik lagi mengunjungi pelabuhan Sunda Kelapa.