Friday, April 08, 2005

GERIMIS BALI

Jumat, 8 April 05
Hello Bali, how are you? Ça va bien, toi? Menyenangkan sekali rasanya bisa “pulang kampung”, meski kali ini dalam rangka kerja juga. Tapi paling tidak kerinduan saya akan pulau dewata terbalas sudah. Dan setiap tahun, Bali semakin ramai dan maju. Mungkin ini hanya perasaan saya saja karena perjalanan kali ini tidak terlalu “nuris” tapi lebih banyak berdiam di kamar hotel yang merupakan saudara tua dari hotel tempat saya dulu bekerja.

Meski agenda perjalanan sudah penuh, tapi saya sempatkan juga kongko-kongko dengan sahabat-sahabat lama saya. Hampir lima tahun sudah saya meninggalkan Bali dengan segumpal ingatan yang tetap melekat hingga kini. Ibaratnya this is my second home. Apalagi rasanya senang saja, dulu melayani tamu di hotel berbintang, kini rekan saya yang masih juga bekerja di marketing dengan jabatan yang masih sama saat saya meninggalkan meja kerja saya (iya nih, udah lima tahun masih begini terus ceritanya panjang, katanya), dengan senang hati memberikan fasilitas tambahan pada saya sebagai tamu tanpa menjelaskan cerita panjang apa yang ad dibalik kemandegan "gelar" managernya yang seharusnya setelah sekian lama berganti menjadi Director.

Bali masih seramai dulu. Malah semakin ramai. Agaknya peristiwa bom Bali sudah mulai agak terlupakan dari benak para turis mancanegara. Rekan saya saja bilang bahwa tingkat hunian hotel mencapai 70 persen. Hanya saja, kasusnya tidak beda jauh dengan Jakarta. Kalau mau masuk gedung bertingkat atau mal-mal di Jakarta, mobil pasti digeledah dulu, di sinipun tidak berbeda. Di depan gerbang hotel saya yang berada di Sanur saat mobil E2000 membawa saya masuk ke pekarangan hotel, satpam dengan sopannya membuka pintu dan meneropong mobil dengan alat yang bisa berbunyi apabila ketahuan ada metal, lengkap dengan senter, karena di sini kebanyakan hotel berlampu remang-remang.

Hujan agaknya tidak mengusik ketenangan saya bekerja di kamar, meski akhirnya tidak bisa keluyuran ke pantai, my favourite spot. Anehnya, sekarang saya bisa menikmati nikmatnya angin malam di pantai, padahal lima tahun yang lalu, hampir setiap hari saya melihat garis horizon dan matahari terbenam dan tidak bisa menikmatinya. Lantunan tembang jazz di lounge hotel terdengar sayup-sayup dari lantai empat kamar saya yang menjorok ke pekarangan tengah hotel. Oh la la…saya memang perlu liburan. Sepertinya tidak habis-habisnya jadwal bertumpuk dan deadline menanti di ibukota. Quelle vie j’ai!