Tuesday, September 06, 2005

WISUDA NO MEGAH

London, 6 September 2005
Melihat berbagai macam pakaian tradisional dari berbagai negara adalah hal yang paling menarik saat menghadiri wisuda. Sayangnya karena berada di negeri orang, saya sendiri tidak berusaha ke salon pagi-pagi untuk berkonde dan bersarung untuk menghadiri wisuda. Bisa dibayangkan repotnya naik turun tangga di kereta bawah tanah dengan sarung. Makasih deh. Hanya saja sense bahwa saya akan menghadiri upacara wisuda, jadi agak berkurang, karena meski berkebaya dari bahan sutra putih yang sudah saya persiapkan sebelum berangkat demi kebanggaan indentitas negara asal, tetapi sarung terpaksa saya ganti dengan celana blue jeans.
Agak sedikit iri melihat wisudawan/wisudawati yang berpakaian tradisional lengkap dari berbagai negara. Ada yang berkimono dari negeri sakura, berbaju cina atau berpakaian afro bak Queen Latifah. Meski beberapa dari mereka, seperti rekan saya seorang pria Jepang, bersusah payah naik ke atas panggung karena khawatir kesrimpet saat melangkah dengan bakiak Jepangnya dan kimono panjang yang membalut tubuh, tetapi hal itu justru memberikan nuansa yang sangat berbeda.
Sayangnya tidak terdengar lagu Gaudeamus Igitur yang dikumandangkan oleh paduan suara. Agak menyedihkan, karena biasanya wisuda di tanah air adalah ajang pamer paduan suara kampus, bahkan sampai niat agar dimasukkan ke dalam musium rekor untuk anggota paduan suara terbanyak. Kali ini cukup dengan recital sederhana.
Yang paling apresiatif bagi saya adalah tangan saya dijabat langsung oleh Maha Guru dan nama saya disebut (meski dengan aksen yang agak lucu) oleh Rektor. Padahal karena masih terserang jetlag, rambut saya masih ngejigrak karena malas menata pagi-pagi dan kaki terbalut celana blue jeans. Lain halnya saat wisuda dengan lulusan yang jumlahnya ratusan di Fakultas dan ribuan di Balairung. Sudah susah-susah berkonde dan berkebaya lengkap dengan sarung, tetapi hanya disalami oleh Dekan Fakultas karena Rektor hanya menjabat tangan para lulusan cum laude (well, frankly I am not that intellectual).
Meski berkali-kali saya menahan senyum karena menurut saya wisuda kali ini terlihat sangat British (baca: kaku), dan tidak semegah wisuda di Indonesia, paling tidak, event ini adalah ajang reuni untuk bertemu teman-teman sekelas dan berfoto dengan toga lengkap dengan papan nama universitas sebagai background. As simple as it is, luv!