Thursday, October 07, 2004

MAMPIR MAKAN DI NEGERI APOLLO

Greek salad, Moussaka, Feta Cheese dan Akropolis....
Tiga pertama adalah menu masakan greek kesukaan kami sementara yang terakhir adalah simbol kota Athena. Keempat subyek ini adalah yang terbayang saat menjejakkan kaki di bumi mitologi, yang konon merupakan tempat asal muasal sejarah peradaban eropa.
Langit Atena yang biru menyambut kedatangan pesawat yang kami tumpangi dari London, namun tidak sebanding dengan sambutan keluarga Karathanasi dengan menu homemade: moussaka, feta cheese, tomato and pepper stuffed, baked chicken yang khusus dibuat oleh Mama Karathanasi. Setelah beberapa hari mengeksplorasi negeri Apollo, kami membuat analisa kesimpulan bahwa kebiasaan orang Yunani adalah makan, yang bermula dari kecintaan mereka akan masakan ibu mereka. Merela cenderung lebih gesit untuk makan atau melayani orang makan, ketimbang melayani pembeli tiket pesawat terbang.
Hal ini bisa terlihat dari banyaknya orang-orang setempat yang duduk-duduk di cafe sekitar daerah Monasteraki atau Plaka di Atena untuk sekedar minum ataupun makan siang dan malam. Taverna, atau warung dalam bahasa kita, banyak tersebar di sudut kota. Kecintaan dan kefanatisme-an orang Yunani akan makanan mereka bisa terlihat. Jarang sekali saya menemui retoran Asia ataupun Eropa lainnya. Kalaupun ada biasanya terlihat sepi dan pelanggannya terbatas.
Tidak hanya di ibukota saja, tapi di desa dan kota-kota kecilpun hal yang sama dapat dilihat. Di kota Nafplios, Pylos dan Kalamata, yang disebut terakhir adalah produser terbaik buah zaitun dan minyak zaitun, orang-orang setempat juga berkeliaran di cafe-cafe dan taverna-taverna untuk makan. Dengan ditemani segelas kopi frappe, biasanya mereka dengan lahapnya melalap greek salad, yang aslinya terdiri dari potongan buah tomat, ketimun, rajangan bawang dan buah zaitun yang disiram dengan minyak zaitun dan dimakan dengan keju feta.
Di desa pun tak kalah nikmatnya melahap makanan Yunani. Di desa Chomatada sekitar satu jam dari kota Kalamata, hidangan spetofai buatan nenek Karathanasi tak kalah nikmatnya dengan makanan resto. Lucunya, saat kami tiba, tetangga-tetangga pun datang ke rumah nenek Karathanasi untuk berkenalan dengan kami dan membawakan buah-buahan segar dari kebun mereka. Agaknya jarang juga mereka kedatangan tamu asing dari negeri ekuator. Dengan senang hati kami menjelaskan di mana letak dan masakan asal negeri kami.
Hanya saja kebiasaan orang Yunani yang suka makan dan duduk-duduk di taverna setiap saat, tak peduli pagi, siang ataupun malam, membuat saya dan si aktivis pembela wanita Indonesia asal pulau orang utan, Andy Biru yang menjadi rekan seperjalanan berpikir, kapankah mereka bekerja dan beraktifitas? Yang jelas, mereka tak akan pernah lupa makan, dan memprioritaskan perut mereka dan mungkin bagus untuk mencegah penyakit perut atau maag...poli kallo...